Monday, June 22, 2015

Bar/Coffee

Di sini aku terduduk, di Bar/Coffee Senayan City. Di depanku hanya ada sebuah laptop dengan headset tersangkut, mengalunkan lagu-lagu kesukaanku dari sebuah playlist di iTunes. Di sini pula aku terduduk sendirian, memikirkan apa yang akan kulakukan di masa depan. Perasaan sendu masih menghantuiku hingga saat ini. Entah apa sebabnya, kuharap aku tau.



Seharusnya hari ini aku les bahasa Prancis. Tapi rasanya hari ini aku tidak berminat pergi, sehingga aku terdampar di tempat ini. Aku merasa sedang tidak ingin berada di mana-mana, sebenarnya. Tidur tidak mau, bangun tidak mau. Di rumah tidak nyaman, apalagi di luar. Aku jadi bingung sendiri dengan apa yang kurasakan. Apa ini yang namanya depressi? Kukira aku sudah sembuh. Tapi kurasa, yang namanya sembuh dari depressi itu hanya impian belaka.

Di sebelahku ada sekumpulan orang yang sedang asik hangout. Aku ingin memiliki teman untuk hangout seperti itu. Tapi rasanya, moodku sendiri juga kurang stabil, sehingga ketika aku bersama orang lainpun, aku justru merasa lebih tidak nyaman. Akhir-akhir ini aku menjadi anti-sosial. Tetapi aku juga tidak mau sendirian. Bingung kan? Aku juga.

Aku seharusnya mengedit The Black Theater sebagai persiapan untuk dikirim ke penerbit. Tetapi, mood itu tak kunjung datang. Kukira, aku hanya merasa jenuh di rumah sehingga otakku buntu. Jadi, aku mencoba keluar rumah seperti ini. Dan ujung-ujungnya, aku hanya bisa menulis beberapa puisi, sebuah cerita pendek yang bahkan tidak ada bagus-bagusnya, juga sebuah postingan blog seperti ini.

Ah, aku jadi kesal sendiri.

Banyak dilemma, hidupku terasa membosankan. Pergi les, sesuatu yang kunikmati saja, aku tidak mau. Sedang tidak mood bertemu orang, sedang tidak mood melakukan apa-apa. Menulispun ala kadarnya. Kalian pasti bisa merasakan perbedaannya. Tulisanku jadi semakin buruk karena moodku yang hancur seperti ini.

Aku sengaja membeli cokelat untuk meningkatkan moodku. Tapi apa daya, cokelatpun tidak bisa membantu memulihkan moodku yang sendu. Semua karyaku jadi acak-acakan. Aku jadi sebal. Sebal. Sebal. Sebal.
.
Terkadang aku berpikir, apa aku kehilangan semangat hidup hanya karena rindu padanya? Selama beberapa bulan tidak bisa bertemu, chatpun tidak bisa. Aku jadi merasa menjauh dari siapapun. Merasa asing. Alienated from the world that I'm suppose to enjoy. Alienated from the situation that I created by myself.

Kenapa? Apa karena ini bukanlah sesuatu yang kuinginkan? Atau bukan sesuatu yang kubutuhkan? Kalau begitu, apa yang sebenarnya kuinginkan dan kubutuhkan?


No comments:

Post a Comment